NEOSPORA CANINUM

Neospora caninum
Phylum : Apicomplexa,
 Kelas : Coccidiasida,
Subkelas : Coccidiasina,
 Ordo : Eucoccidiorida,
Subordo : Eimeriorina,
 Famili : Sarcocystidae
Genus : Neospora
Neospora caninum merupakan salah satu sporozoa kelompok apikompleksa yang relatif baru diketahui keberadaanya di bidang veteriner, disebabkan oleh parasit jenis protozoa yang sangat menyerupai Toxoplasma gondii. N. caninum adalah parasit pada bangsa anjing yang telah ditemukan diseluruh belahan dunia dan telah menyebabkan aborsi secara umum pada banyak area. Organisme ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1988 sebagai penyebab aborsi pada anjing, dan tak lama sesudah itu ditemukan organisme seperti N. caninum menyebabkan aborsi pada sapi perah. Sekarang diketahui bahwa penyebabnya memang spesies yang sama pada anjing tapi beda strain. Ternak sapi merupakan hospes intermediat alami dan juga merupakan sumber penularan. Penyakit ini telah ditemukan di banyak negara di seluruh dunia, tetapi tampaknya menjadi penyebab penting kegagalan reproduksi pada ternak di Amerika Serikat, Belanda dan Selandia Baru.
Penyakit infeksius yang di sebabkan oleh Neospora caninum dikenal dengan Neosporosis adalah suatu penyakit infeksius terutama pada sapi dan anjing, yang disebabkan oleh parasit intracellular yang disebut Neospora caninum. Neosporosis merupakan salah satu penyebab utama aborsi pada sapi. Penyakit ini telah menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar pada industri peternakan sapi perah dan industri pabrik susu di di seluruh dunia.
Pada anjing penyakit ini disamping mengakibatkan keguguran, juga berupa kelumpuhan anak pada saat dilahirkan, atau gejala klinis penyakitnya baru mulai terlihat pada anak anjing umur 5−6 minggu berupa kelemahan otot motorik (paresis) yang dapat berlanjut ke kelumpuhan total (paralisis) pada kaki belakangnya.
Siklus hidupnya dimulai dari  feses anjing yang mengandung oosit tersporulasi terdapat pada pakan, termakan sapi yang sedang bunting, menyebabkan keguguran, mumifikasi atau cacat lahir dan alur penularan  ini disebut penularan secara eksogenous. Penularan secara endogenous ( vertikal ) terjadi kelahiran yang sehat tetapi secara persisten terinfeksi Neospora caninum. Abortus akan terjadi  berulang pada kebuntingan berikutnya dan menurun terus ke generasi berikutnya. Hewan yang menjadi hospes antara alami adalah sapi, kerbau dan rusa. Jadi, sudah bukan jamannya lagi memelihara anjing untuk penjaga ternak seperti yang kebanyakan peternak sapi di daerah pegunungan.
 









Abortus dapat menyebabkan kerusakan selaput fetus, endometrium, retensio plasenta dan ketidaksuburan sesudah abortus. Secara ekonomi, abortus merupakan satu masalah besar bagi peternak karena kehilangan fetus dan dapat juga diikuti dengan penyakit pada rahim serta ketidaksuburan untuk waktu yang lama. Apabila abortus disebabkan oleh faktor infeksius, maka hal dapat mengancam kesehatan semua sapi betina di dalam kelompoknya.

Diagnose : IFAT, ELISA, dan PCR yang digunakan untuk mendeteksi oocysts dalam lingkungan dan untuk mendiagnosis infeksi pada anjing, ternak, dan tikus kecil. PCR menggunakan DNA potongan-potongan kecil yang mengakui dan mengikat untuk situs spesifik pada gen, dalam kasus ini, dari Neospora canin . Maka parasit itu sendiri, dapat dideteksi dalam DNA diekstraksi dari jaringan saraf menggunakan enzim yang menghasilkan sejumlah besar gen yang diinginkan. Prosedur ini digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan oocysts sampel yang diambil dari peternakan sapi yang mungkin mengalami wabah neosporosis terkait aborsi.
Gejala klinis : diantaranya kelemahan otot motorik (paresis) yang dapat berlanjut ke kelumpuhan total (paralisis) pada kaki belakangnya hingga menyebabkan abortus.
Pengobatan :
-Clindamycin (12.5-25 mg/kg PO or IM every 12 hours for 4 weeks)
-Trimethoprim sulfadiazine (15-20 mg/kg PO every 12 hours for 4 weeks) kombinasi dengan  pyrimethamine (1 mg/kg PO every 24 hours for 4 weeks).

Pencegahan : membatasi lalulintas ternak, mencegah kontaminasi pakan dari feses ternak, mencegah anjing untuk tidak menelan jaringan plasentanya, membran janinnya sendiri ketika melahirkan atau daging mentah lainnya, mencegah pemberian glukokortikoid atau obat imunosupresif lainnya pada Anjing yang seropositif terhadap Neosporin canin.

Komentar