Balantidiasis
Oleh:
khoirus
viestaria
Pendahuluan
:
Balantidium
coli merupakan protozoa parasite yang menyebabkan
penyakit balantidiasis yang bersifat zoonosis. Balantidium coli merupakan
protozoa terbesar pada manusia dan hewan. Balantidium coli seringkali
menginfeksi manusia, primate lain dan babi yang mana merupakan reservoir
dari parasite ini. Protozoa ini tersebar
luas di seluruh dunia dan kejadian
balantidiasis telah tercatat di Bolivia, papua nugini, dan Filipina, namun dengan
prevalensi kurang dari 1%. Infeksi ini jarang terjadi, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk terjadi pada tempat-tempat dengan sanitasi yang buruk dan
dekat dengan peternakan babi (Ramachandran, 2003).
Morfologi
:
B.coli dalam siklus hidupnya memiliki 2
stadium, yaitu stadium tropozoit dan kista. Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk kista dari B.colitidak dapat membelah diri
sebagaimana layaknya E.histolitica.
Tropozoit hidup di
usus besar hospesnya. Balantidium coli yang dikenal sebagai protozoa parasite terbesar
. Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 50-130 mm
panjang 20-70 mm lebar. Tubuh tertutup silia pendek, kecuali di
daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior
terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak
memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus (cy;cytoyge) (Ramachandran, 2003).
Terdapat 2 inti yang
terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk
bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus. Terdapat vakuole
makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole
kontraktil (cv) (Ramachandran,
2003).
Tropozoit
hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian
terminal dari pada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit
tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa
minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila
tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang
dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri (Ramachandran, 2003)..
Kista
berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul,
terdapat makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil (Ramachandran, 2003)..
Epidemiologi :
Parasit
ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (yang berkisar antara 60 – 90%).
Penularan antar babi satu ke babi yang lainnya mudah terjadi, sekali – sekali
dapat menular pada manusia (zoonosis) (Ramachandran, 2003)..
Penularan
pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang
terkontaminasi, misalnya pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan
kandang babi. bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung
bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi. Kebersihan
perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya penularan (Ramachandran, 2003)..
Siklus hidup :
Infeksi B. Coli terjadi dengan memakan bentuk kista
melalui mekanan atau minuman yang tercemar. Di dalam usus halus kista akan
mengalami eksistasi menjadi bentuk trofozoid. Bentuk tropozoid ini akan
bermultiplikasi dengan cara belah pasang di dalam lumen ileum dan cekum. Di
dalam kolon berbentuk tropozoid akan mengalami enkistasimenjadi kista yang akan
d keluarkan bersama tinja (Ramachandran, 2003).
Stadium
kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes
alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista
infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di
lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri
(multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit akan berubah
menjadi kista (Ramachandran,
2003).
Patogenesis
& Gejala klinis
Penyakit
yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir mirip dengan penyakit yang
disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus
besar, bentuk vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah
manjadi ulkus yang menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus
merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat
menjadi gangrenyang berakibat fatal (Ramachandran, 2003).
Gejala umum dari Balantidiasis termasuk :
diare kronis, sesekali disentri (diare dengan mencret darah atau lendir), mual,
napas busuk, kolitis (radang usus besar), sakit perut, penurunan berat badan,
ulserasi usus dalam, dan mungkin perforasi usus (Ramachandran, 2003).
Balantidium
coli kadang
– kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal, misalnya dapat menyebabkan
peritonitis dan uretritis. Meskipun
Balantidium coli biasanya berada di lumen inangnya, trofozoit dapat menyerang
mukosa usus besar (sekum dan kolon) dan menyebabkan ulserasi. Parasit
mengeluarkan zat yang disebut enzim hialuronidase, yang membantu menurunkan
jaringan usus dan memfasilitasi penetrasi mukosa. Bakteri lain dalam usus dapat
masuk ulkus bersama dengan Balantidium coli, yang menyebabkan infeksi sekunder.
Ulserasi usus besar dapat dilihat menggunakan sigmoidoscopy. Balantidium
coli juga pernah ditemukan di
hepar dan pulmo. Bahkan di ekuador Balantidium coli ditemukan
sebagai sindrom disentris dan abses hepar (Ramachandran, 2003).
Diagnosis: Diagnosis
laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja atau smple jaringan
secara mikroskopis untuk menemukan bentuk kista atau tropozoit Balantidium coli.
Fulminan
Balantidiasis akut adalah
penyakit balantidiasis yang datang tiba-tiba dan dengan intensitas yang besar.
Angka mortalitas mencapai 30% apabila tidak diberikan pengobatan. Disentri
karena pendarahan (bleeding) dapat menyebabkan shock dan kematian. Hal ini
penting untuk mempertimbangkan apa kondisi kesehatan pasien menurun yang
membuat mereka lebih rentan terhadap Balantidiasis berat: misalnya, infeksi
lain usus atau parasit, malnutrisi, alkoholisme, dan riwayat penyakit kronis.
Infeksi mungkin lebih sering dan gejala tentu lebih parah pada orang dengan
system imun yang lemah (Ramachandran, 2003).
Pengobatan
:
Infeksi coli Balantidium dapat diobati secara
efektif dengan antibiotik. Tiga obat yang umum digunakan dan diberikan secara
oral menurut Ramachandran (2003) :
Sebagian besar kasus infeksi coli Balantidium
tidak menunjukkan gejala. Jika memungkinkan, individu asimtomatik masih harus
dirawat untuk menghentikan penularan lebih lanjut dari penyakit. Apabila tidak
dirawat dan tidak diobati, Balantidiasis bisa menjadi kronis. Diare persisten
dapat menyebabkan hilangnya cairan yang tinggi dan dehidrasi. Perdarahan perut
dapat menyebabkan kematian (Ramachandran, 2003).
Pencegahan:
1.
Memberi penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan
2.
Desinfeksi serentak
3.
Meningkatkan sanitasi
4.
Karantina hewan yang sakit
5.
Vaksinasi rutin
6.
Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan
mikroskopis tinja dari anggota rumah tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan
investigasi terhadap mereka yang kontak dengan babi; bila perlu berikan
tetrasiklin pada babi yang terinfeksi.
Referensi:
Ramachandran, Ambili. 2003. The Parasite: Balantidium Coli
The Disease: Balantidiasis. human Biology 103 – Parasites And
Pestilence: Infectious Public Health Challenges, Stanford University.
Komentar
Posting Komentar