BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kucing
merupakan hewan domestic yang mudah terserang berbagai macam penyakit, sehingga
pemilik dituntut untuk selalu memperhatikan keadaan kucing dengan cara
melakukan pemeriksaan rutin ke dokter hewan, meningkatkan biosecurity dan
meningkatkan sanitasinya serta diwajibkan untuk melakukan vaksinasi terhadap
hewan peliharaannya juga pemberian obat cacing setiap 3 bulan sekali.
Salah
satu penyakit yang secara tiba-tiba menyerang kucing yakni calici. Feline
Calicivirus (FCV) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Calicivirus,
yaitu virus RNA, yang dulu dikenal sebagai Picornavirus menyebabkan pembengkakan
atau swelling pada kepalanya, gangguan pernafasan, luka sekitar bibir dan mulut
seperti sariawan (ulkus oral), kadang disertai sakit persendian. Penyakit ini menyebabkan
flu yang agak berat pada kucing.
Calicivirus
tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras kucing. Vaksinasi telah
mengurangi kejadian dan keparahan gejala klinis penyakit ini. Calicivirus
mempunyai beberapa strain, strain tertentu menyebabkan gejala yang berbeda
seperti luka (ulkus) pada telapak kaki dan mulut. Sebagian besar gejala yang
muncul biasanya suara menjadi serak, dan hilang nafsu makan.
FCV
dapat terisolasi dari sekitar 50 % kucing dengan infeksi saluran pernapasan
atas. Gejala klinis pada kucing yang terinfeksi FCV dapat terjadi secara akut,
kronis, atau tidak sama sekali. Infeksi laten atau subklinis sering menjadi
gejala ketika kucing stress, Kadang-kadang kucing dengan riwayat penyakit ini
tidak menunjukkan gejala yang spesifik sehingga sering kali dokter hewan salah mendiagnosadikarenakan
gejalanya mirip seperti stomatitis pada biasanya,Untuk itu pada makalah ini
akan dibahas mengenai bagaimana menentukan diagnose yang benar dan pemilihan
terapi yang tepat untuk FCV baik secara drug maupun non-drung serta bagaimana cara
pencegahannya.
1.2 Tujuan
1.2.1
Dapat menentukan masalah atau diagnosis
pada kasus Feline Calicivirus yang
terjadi pada kucing.
1.2.2
Dapat menentukan tujuan terapi.
1.2.3
Dapat menentukan terapi berdasarkan
advice, non drug, drug atau menentukan rujukan apabila perlu.
1.3 Manfaat
1.3.1
Mengetahui masalah dan dapat menentukan
diagnosis pada kasus Feline Calicivirus
yang terjadi pada kucing.
1.3.2
Mengetahui tujuan terapi.
1.3.3
Mengetahui advice, non drug, drug atau
menentukan rujukan.
BAB
II
Tinjauan
Pustaka
2.1 Etiologi
Feline Calicivirus (FCV) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi Calicivirus, yaitu virus RNA, yang dulu dikenal
sebagai Picornavirus. Penyakit ini biasanya menyerang mulut, hidung, mata
sampai ke paru-paru sebagai infeksi lanjutan. Gejala yang tampak dari infeksi
FCV antara lain adalah lethargy, pengerasan rambut di sekitar mulut dan hidung,
anorexia, in-appetance, oral ulceration,
hipersalivasi dan nasal discharge dengan atau tanpa disertai demam dan bersin.
Gejala klinis muncul dari 2-8 hari setelah infeksi virus dan mencapai puncaknya
dalam 10 hari setelah gejala klinis teramati (Subronto 2006).
Pada kejadian akut saluran pernapasan
tertutup lendir, dehidrasi dan tidak adanya makanan yang masuk maka segera akan
mengakibatkan kelemahan dan diikuti kematian. Pada kejadian infeksi FCV kronis,
gejala yang timbul akan tampak ringan bahkan tidak ada sama sekali. Berdasarkan
hasil observasi dan waktu kejadian penyakit sampai kepada kematian (±5 hari),
Princess dicurigai mengalami infeksi Calicivirus yang bersifat akut. Hal ini
terlihat dari gejala klinis yang muncul berupa lemas anoreksia, sneezing,
hipersalivasi, mukosa anemis, discharge pada hidung, anus kotor, ada ulcer di
mulut dan di gusi dan nafas dengan intensitas kuat dan dalam.
Jenis
FCV dapat bervariasi dalam virulensi (gelar pathogenicity grup) atau jenis
mikroorganisme atau virus seperti yang ditunjukkan oleh tingkat fatalitas kasus
dan organisme untuk menyerang jaringan host. Menjadi virus RNA, FCV memiliki
elastisitas genom, yang membuatnya lebih mudah beradaptasi ke lingkungan
tekanan tinggi. Ini tidak hanya membuat pengembangan vaksin lebih sulit, tetapi
juga memungkinkan untuk pengembangan lebih virulen strain. Dalam terus-menerus
terinfeksi kucing, gen untuk protein struktural utama dari capsid virus (mantel
protein luar virus dewasa) telah terbukti berkembang melalui mediated kekebalan
seleksi positif, yang memungkinkan virus untuk menghindari deteksi oleh sistem
imun. Prevalensi FCV bervariasi
tergantung pada lingkungan. Di perorangan, FCV terdapat di sekitar 10% dari
kucing (baik dalam keadaan aktif atau carrier), sementara prevalensi di tempat
penampungan atau catteries 25-40%. FCV bereplikasi dalam jaringan lidah dan
pernapasan, dan dikeluarkan dalam air liur, kotoran, urin dan pernapasan
sekresi. Dapat ditularkan melalui udara, secara oral, dan pada sisa muntah.
Kucing yang terinfeksi biasanya menyebarkan virus selama dua minggu. Setelah
periode ini, kucing yang terinfeksi tidak pernah melepaskan virus lagi atau
menjadi infeksi yang latent terinfeksi yang menyebarkan virus
terus-menerus. Co-infection dengan virusherpes atau feline immunodeficiency
virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah (Coyne, 2006).
2.2 Penyebaran Virus
Penyebaran virus ini ke kucing lainnya, biasanya
dengan kontak melalui air liur, cairan yang keluar dari hidung dan mata dan
kadang kadang melalui kotoran kucing yang terinfeksi. Virus ini tahan terhadap berbagai
desinfektan dan dapat bertahan di luar tubuh kucing hingga 8-10 hari. Banyak
kucing yang telah sembuh tetap dapat menularkan penyakit ini meskipun tidak
menunjukkan gejala sakit. Virus
ini sering menyerang kucing muda (kitten), rumah/tempat dengan jumlah kucing
banyak dan tempat penampungan hewan. Wabah biasanya terjadi pada
kandang/populasi kucing yang padat, ventilasi kurang baik, kandang yang kurang
bersih, nutrisi kurang dan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
2.3 Patogenesa Feline Calicivirus
Patogenesa dari penyakit FCV yaitu adanya transmisi
virus secara langsung dari kucing terinfeksi kepada kucing sehat atau adanya
kontaminasi dari tangan pemilik ataupun peralatan kandang yang tercemar virus.
Rute infeksi biasanya berasal dari nasal, oral dan conjungtiva. Setelah masuk
ke dalam tubuh, virus akan segera bereplikasi di jaringan target yaitu
conjunctiva, mukosa mulut, mukosa hidung dan paru-paru (Subronto 2008).
2.4 Gejala Klinis Felin Calicivirus
Penyakit ini berkembang secara cepat dan tiba-tiba.
Kucing yang tadinya terlihat sehat bisa saja besoknya terlihat lesu dan sakit. Tanda-tanda kucing sakit yang umum
berupa bersin (tidak sebanyak Feline Rhinotracheitis), batuk, pilek, cairan
berlebih dari mata dan hidung, swelling atau pembengkakan pada muka, serta
adanya luka (ulkus) seperti sariawan pada hidung, mulut, lidah atau bibir yang
menyebabkan kucing tidak mau makan karena kesakitan saat mengunyah makanan.
Kadang-kadang ulkus juga terjadi di sela-sela cakar. Demam tinggi, sulit
bernafas akibat radang paru-paru (pneumonia).
BAB III
Pembahasan
3.1 Studi Kasus
Kucing 1 tahun berat 3 kg peliharaan rumah tiba-tiba
pulang dengan keadaan pipi yang membengkak, keras, dengan adanya rasa sakit dan
demam.
langkah
farmakoterapi :
1.Masalah/diagnosa
A.Ambulator
Nama pasien : kucing “Milo”
Jenis kelamin : jantan
Umur :
1 tahun
Berat badan : 3 kg
Diagnosa :
feline calicivirus
2.Tujuan Terapi
-
Untuk menghilangkan rasa sakit dan pembengkakan pada rongga mulut serta meningkatkan sistem imun dari kucing sehingga dengan
sistem imun tersebut dapat melawan virus.
3. Intervensi Terapi
a. Non-drug
-
Isolasi kucing yang
sakit, jauhkan dari kucing lain, sebaiknya ditempatkan di ruangan yang terpisah
aliran udaranya dari kucing lain yang sehat.
-
Memberikan makanan yang
lunak, menyuapi kucing bila kucing tidak mau makan, bagaimanapun caranya baik
dengan menggunakan spuit atau feeding tube, karena apabila tidak makan, kucing
akan cepat sekali drop dan sangat sulit meningkatkan daya tahan nya
-
Memberi nutrisi yang
baik.
-
Membersihkan kotoran
pada mata dan hidung.
-
Menjaga kondisi tubuh
kucing agar tetap pada temperature normal
b. Drugs
No.
|
Jenis Obat
|
Cara kerja
|
indikasi
|
Kontra indikasi,efek samping
|
Dosis
|
1.
|
Amoksisilin
|
FD
FK
: menghambat sintesa dinding sel bakteri
|
infeksi kulit, jaringan
lunak, saluran nafas bagian bawah, saluran kemih yang disebabkan oleh
staphylococcus, streptococcus, h. Influenza, e. Coli, proteus mirabilis yang
menghasilkan non-penisilinase; infeksi anogenital dan uretral gonokokus non
komplikasi; otitis media.
|
Hipersensitivitas, pada penderita ginjal.
Efek samping :
kulit kemerahan, mual, muntah
|
5-10 mg / kgBB
Sediaan 50 ml. Pemberian >3hari.
|
3.
|
Sulpidon injeksi
|
menghambat
produksi prostaglandin,Dipyrone juga cepat tidak terdeteksi dalam plasma setelah pemberian secara intravena.
Tak satu pun darimetabolit dipyrone secara luas terikat pada protein plasma
|
analgesik,
antipiretik dan antispasmodik
pada
sapi, kuda, kambing, domba, babi, anjing dan kucing
|
Efek samping yang ditimbulkan dari
penggunaan dipyrone adalah meningkatkan risiko agranulositosis
|
Anjing,
kucing 3-6 m / 5-10 kg BB
Sediaan 20 ml, 50 ml,
100
ml
|
5.
|
B-Sanplex ( Vit B Kompleks )
|
Memperbaiki metabolisme tubuh hewan,memeperbaiki
gangguan pencernaan yang bukan disebabkan oleh bakteri,memperbaiki sistem pencernaan,mempercepat
pertumbuhan saat sakit.
|
multivitamin
|
Sampai saat ini belum ada kontraindikasi kecuali
diberikan secara berlebihan
|
2,5 ml/200 kg BB
|
- Efficacy
Karena penyakit yang kami dapat dalah penyakit yang
berkaitan dengan virus,maka terapi yang dapat kami gunakan adalah terai
supportif. Kami memberikan terapi suportif agar pasien dalam kondisi tubuh yang
baik,dengan imunitas yang baik,sehingga tubuhnya dapat melawan sendiri virus
yang ada. Untuk pencegahan infeksi sekunder,kami memberikan antibiotik. Antibiotik yang kami gunakan adalah
antibiotik spektrum luas. Dan untuk menghilangkan gejala demam,kami memberikan
antipiretik. Karena pasien tidak mengalami masalah denga pipi,maka disimpulkan
pasien tidak bisa diberikan terapi secara oral,oleh sebab itu kami memberikan
terapi secara parenteral,yaitu lewat intravena maupun intramuskular.
- Safety
Obat-obatan yang kami berikan hanya terapi supportif,oleh
sebab itu tergolong aman. Obat-obatan yang tergolong toksik bisa jadi berasal
dari antipiretiknya. Seperti yang kita tahu,antipiretik yang paling sering
digunakan adalah Paracetamol. Namun,paracetamol adalah antipiretik yang tidak
bisa diberikan pada kucing,kaena dapat menimbulkan shock yang berlebihan pada
kucing. Untuk itu kami menghindari penggunaan Paracetamol untuk antipiretik,dan
menggantinya dengan Sulpidon.
- Suitability
Pemberian SULPIDON® Inj digunakan sebagai antipiretik
untuk menurunkan panas dan sebagai analgesik untuk menghilangkan rasa sakit.
Pemberian Dexadreson digunakan sebagai obat antiinflamasi, dan antibiotik yang
digunakan adalah amoksisilin yang berfungsi untuk mencegah infeksi sekunder.
Ketiga obat ini cocok digunakan karena masing-masing obat bekerja sesuai
penyakit yang dituju.
- Cost
Biaya yang
digunakan ekonomis, karena hanya memakai tiga obat dan langsung bekerja pada
pusat
c. Rujukan
Perlu/ tidak perlu
d. Advise
-
Penjagaan secara hati-hati agar kucing
tidak kembali keluar.
-
Menjaga kebersihan dan sanitasi kandang
agar tidak memberikan peluang kepada mikroba dan agen-agen penyakit yang dapat
menyebabkan infeksi sekunder pada kucing
-
Letakkan kandang dengan sirkulasi udara
dan pencahayaan yang baik agar kucing tidak stres dan mempercepat proses penyembuhan
e. Komunikasi
Terapi
Komunikasi terapi yang dapat dilakukan yang awal adalah dengan mengedukasi
klien. Penyakit Calici Virus ini adalah penyakit akibat virus,dan tidak ada
obat spesifik yang dapat mengobati langsung ke vrusnya. Yang dapat kita lakukan adalah dengan
memberikan obat yang dapat meringankan gejala asymptomatis seperti yang kita
lakukan adalah pada pasien ini kita meringankan gejala sakit dan demam yang
diderita pasien. Obat yang kita pakai adalah Sulpidon Injeksi,untuk pemakaian
nya disuntikkan bisa secara parenteral,secara subkutan maupun intramuskular.
Minimal pemakaian selama 3 hari,jika gejala masih terlihat,dilakukan
pemeriksaan lanjut. Untuk mencegah infeksi
maka diberikan antibiotik Amoksisilin secara injeksi dengan dosis 5-1- mg/KgBB
minimal 3 hari dengan durasi pemberian 3 kali sehari. Pemberian vitamin juga diberikan agar
mendukung kondisi tubuh dari kucing. Vitamin yang kita berikan adalah B-Sanplex
2,5 ml/200 mgKgBB. Penggunaan obat kami berikan secara injeksi karena jika diberikan
secara oral maka tidak efektif sebab hewannya mengalami radang di bagian mulut
dan membuat pemberian obat secara oral menjadi cukup sulit. Untuk itu,hewan ini
dianjurkan dirawat inap selama minimal 3 hari agar pemberian obatdan
perawatannya bisa optimal.
f.
Monitoring
Evaluasi
Dilihat perkembangan calici virus apakah berkurang apa tidak. Ditinjau
perkembangan nafsu makan. apabila satu minggu setelah pengobatan tidak kunjung
sebuh, di harapkan mengunjungi dokter hewan kembali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Feline Calicivirus (FCV) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Calicivirus, yaitu virus RNA, yang dulu dikenal sebagai
Picornavirus menyebabkan pembengkakan atau swelling pada kepalanya, gangguan
pernafasan, luka sekitar bibir dan mulut seperti sariawan (ulkus oral), kadang
disertai sakit persendian. Tanda-tanda kucing sakit yang umum
berupa bersin (tidak sebanyak Feline Rhinotracheitis), batuk, pilek, cairan
berlebih dari mata dan hidung, swelling atau pembengkakan pada muka, serta
adanya luka (ulkus) seperti sariawan pada hidung, mulut, lidah atau bibir yang
menyebabkan kucing tidak mau makan karena kesakitan saat mengunyah makanan. Obat yang dapat diberika berupa terapi supportif,yaitu antibiotik yang
berupa anti infeksi sekunder, sulpidon yang berupa antipiretik da
analgesik,serta vitamin B-Kompleks yang berguna untuk menjaga kondisi tubuh
dari kucing sehingga imunitas kucingnya terjaga dan dapat melawan virus.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penanganan penyakit ini adalah cara
diagnosa yang baik,karena diagnosa penyakit ini dengan stomatitis dan radang
mulut lainnya sama. namun,pengobatannya hampir sama jika causa penyakit masih
golongan virus. Dan pemberian obatnya harus hati-hati,baik dalam pemilihan obat
serta waktu dan cara pemberian.
Daftar
Pustaka
Coyne K,
Dawson S, Radford A, Cripps P, Porter C, McCracken C, Gaskell R. 2006. “Long-term analysis of feline calicivirus
prevalence and viral shedding patterns
in naturally infected colonies of domestic cats”. Vet Microbiol 118 (1-2):
12–25.
Coyne K,
Reed F, Porter C, Dawson S, Gaskell R, Radford A. 2006. “Recombination of Feline calicivirus within an endemically infected cat
colony”. J Gen Virol 87 (Pt 4): 921–6.
Foley,
Janet E. 2005. “Calicivirus: Spectrum of
Disease”. In August, John R. (ed.). Consultations in Feline Internal Medicine Vol. 5. Elsevier Saunders. ISBN 0-7216-0423-4.
Radford A,
Coyne K, Dawson S, Porter C, Gaskell R. 2007. “Feline calicivirus”. Vet Res 38 (2):
319–35.
Subronto. 2008. Penyakit Infeksi Parasit dan
Mikroba Pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Komentar
Posting Komentar