pemriksaan ular

LAPORAN DIAGNOSTIK KLINIK
“Pemeriksaan Ular”
HASIL
Sinyalemen / Registrasi
1.      pasien
Nama                                : Rois
 Jenishewan                      : ular
Kelamin                            : betina
Ras/breed                         : phyton
 Warnabulu/kulit              : orange kecoklatan, bagian kepala coklat dengan                                               ukuran sedang
Beratbadan                       : 1 kg
2.      klien
Nama         : Khoirus Viestaria
No Hp       : 085755301533
Anamnesa
            Terdapat luka di bagian 1/3 proimal ular, terlihat akan shanding atau ganti kulit ditandai dengan kulit yang buram dan kering. Ular tersebut jenis ular yang tidak memiliki bisa.
Pemeriksaan Hewan
Dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Temperature rectal       : 21-35 C
Frekuensi Pulsus          : 56
Frekuensi Nafas          : 10
Berat Badan                : 1 kg
Kondisi umum
N
Abn
Kondisi tubuh : N
Ukuran sedang
Kulit & Rambut
N
Abn

Sisik : alopecia
Mukosa berwarna pink pucat, rambut hewan tidak rontok atau botak, CRT < 2
Membrane mukosa
N
Abn
Warna : pucat
Harusnya pink
Lingua
N
Abn


muskuloskeletal
N
Abn
Posisi kepala & leher : normal
Dalam keadaan baik
System sirkulasi
N
Abn
Bradhycardi
Suara: normal

System respirasi
N
Abn
Hidung : kering

System digesti
N
Abn
Palpasi abdmen : colon
Belum defekasi sehingga tidak dapat meihat warna feses dan konsistensinya
System urogenital
N
Abn
Minum : Turun
Urine : normal
Palpasi : dalam keadaan normal
 Palpsi normal
System syaraf
N
Abn
Tingkat kesadaran : alert
Motorik : N
Sensorik : N
Hewan merespon dengan normal.
Mata & telinga
N
Abn
Mata : N

Tidak ditemukan lesi atau ulser. Mata tampak buram dikarenakan ular akan shading
Sistem Jacobson
N
Abn
Normal




PEMBAHASAN
Pemeriksaan ular
Pemeriksaan fisik/physical examination (PE) adalah salah satu tahapan penting yang harus dilakukan oleh seorang praktisi, menjadi sebuah tantangan sendiri. Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara baik dapat mendeteksi abnormalitas minor sebelum masuk kedalam permasalahan serius yang mana hingga masuk dalam tahap mengidentifikasi adanya disfungsi dari organ tanpa tes medis yang ekstensif dan mahal. Pemeriksaan fisik pada hewan terdiri dari inspeksi yaitu menggunakan penglihatan untuk mengamati kondisi dari hewan, palpasi yaitu pemeriksaan dengan meraba bagian tubuh dari hewan misalnya memeriksa abdomen, perkusi yaitu mengandalkan indra pendengaran untuk mendengar bagaimana kondisi suara pernapasan dsb, serta auskultasi menggunakan bantuan stetoskop untuk mendengar suara detak jantung dsb. Semua yang di dapatkan dari hasil pemeriksaan fisik harus di catat sebagai data rekam medis/medical record dari hewan tersebut, dimana data rekam medis akan berguna untuk anamnesa hewan tersebut di waktu selanjutnya (Defarges, 2015).
Pemeriksaan awal dilakukan dengan pemeriksaan fungsi fisiologis umum, seperti pengukuran berat badan, frekuensi pulsus, dan frekuensi respirasi. Berat badan dari Ular adalah sebesar 1,5 kg. Sedangkan frekuensi pulsus yang terhitung adalah sebesar 56 kali/menit, berdasarkan literatur rata-rata frekuensi pulsus pada spesies ular adalah sebesar 10-80 kali/menit. Untuk frekuensi respirasi yang terukur adalah sebesar 16 kali/menit, berdasarkan literatur rata-rata frekuensi respirasi pada spesies ular adalah paling sedikit 20 kali/menit (Fudge, 2000). Pemeriksaan pulsus dilakukan dengan palpasi jantung pada bagian tubuh ventral dari ular, atau bisa juga menggunakan alat yang bernama Dopler yang diletakkan pada sepertiga cranial bagian tubuh dari ular. Untuk temperatur tubuh dari Ular tidak dapat diukur dengan menggunakan termometer biasa, karena suhu tubuh ular yang begitu rendah. Menurut literatur, reptil termasuk ular merupakan hewan poikiloterm atau biasa disebut hewan ektoterm, artinya suhu tubuh nya mengikuti suhu lingkungan sekitarnya. Suhu optimal untuk ular adalah berkisar dari 18-34ºC. Heat stress pada spesies ular dapat terjadi ketika suhu tubuh mencapai 35ºC dan kematian dapat terjadi ketika suhu tubuh ular berkisar 38-44ºC. Ketika suhu turun hingga 10ºC ular berada dalam kondisi torpor dan akan mati jika suhu kurang dari 4ºC (Helmer et al, 2005).
Pemeriksaan Kondisi Umum: dilihat berdasarkan ukuran  tubuh Ular dan cara melata pada Ular, berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi umum dari Ular adalah normal. Ukuran tubuh pada Ular juga termasuk dalam kondisi yang baik, tidak kurus ataupun tidak berlebihan.
Pemeriksaan Kulit: pemeriksaan dilakukan dengan meilhat kondisi sisik dari Ular, bagaimana status dehidrasi nya dan melihat apakah ada infestasi ektoparasit ataupun tidak. Berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi sisik pada Ular adalah normal, tak ada lesi atau infestasi dari ektoparasit yang biasanya ditemukan di sela-sela dari sisik Ular. Kondisi Ular juga tidak dalam kondisi dehidrasi, dibuktikan dengan pemeriksaan turgor dari sisik Ular.
Pemeriksaan Membran Mukosa: pemeriksaan dilakukan dengan melihat mukosa mulut pada Ular, dan berdasarkan pemeriksaan mukosa mulut dari Ular adalah normal. Pemeriksaan ini menunjukkan apakah adanya dehidrasi atau kelainan/gangguan sirkulasi pada tubuh ular.
Pemeriksaan Lingua: dengan melihat bagaimana pergerakan lingua pada Ular. Karena ular menggunakan lingua nya untuk membantu dalam proses indra penciuman dan merasakan kondisi lingkungan sekitar. Berdasarkan pemeriksaan dan pengamatan lingua pada Ular dalam kondisi normal. Pada famili Pythonidae terdapat organ pit yang berada di supralabial dan infralabial, berfungsi sebagai reseptor panas pada jenis ular ini (Ballard et al, 2003).
Pemeriksaan Muskuloskeletal: dilakukan dengan menginspeksi dan mempalpasi bagian regio axial pada Ular, yaitu meliputi craniofacialis, collumna vertebrae dan bagaimana struktur musculus pada tubuh ular. Berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi Ular dalam kondisi normal, tidak ada abnormalitas pada strutur muskuloskeletal dari Ular.
Pemeriksaan Sistem Sirkulasi: dengan melakukan auskultasi pada bagian cor pada Ular, dengan mendengarkan bagaimana suara dari cor pada ular. Apakah terdapat suara abnormalitas atau tidak, dan mengamati frekuensi pulsus dari ular. Berdasarkan pemeriksaan Ular dalam kondisi normal. Pemeriksaan Organ Jacobson: pemeriksaan dilakukan dengan meilihat apakah terdapat pembengkakan pada organ Jacobson dengan melihat di daerah palatum, karena organ tersebut terlertak di dalam palatum. Organ Jacobson atau disebut juga organ vomeronasal, memiliki peran penting dalam sensor penciuman. Terhubung dengan cavum oral melalui ductus vomeronasal. Mekanisme kerja dari organ tersebut adalah, dimana lingua dari ular keluar dari cavum oral yang berfungsi untuk menangkap molekul volatil atau pertikel kimia di lingkungan sekitarnya, kemudian lingua masuk kembali ke cavum oral dan di tempelkan kebagian atas palatum dimana partikel yang telah ditangkap tersebut di kirim ke organ Jacobson melalui ductus vomeronasal yang nantinya partikel tersebut di terjemahkan menjadi bau. Didalam organ Jacobson terdapat sel olfaktori yang nanti akan bereaksi dengan partikel kimia yang dibawa oleh lingua. Organ ini juga berguna untuk ularvmengadakan komunikasi antarspesies dan berperan dalam musim kawin untuk mendeteksi feromon dari ular lainnya (Ballard, 2003). Berdasarkan pemeriksaan organ Jaobson dalam kondisi normal, karena tidak ada pembengkakan atau abnormalitas pada organ tersebut.
Pemeriksaan Sistem Respirasi: pemeriksaan dilakukan dengan auskultasi pada pulmo, namun pada ular sulit dilakukan sehingga bisa dilakukan hanya dengan mendengar sura nafas dari Ular. Melihat kembang kempis dari badan ular ketika bernafas untuk menghitung frekuensi respirasi. Berdasarkan pemeriksaan tak ada suara abnormalitas dari Ular. Bagian nasal dilakukan pemeriksaan dan terlihat kering, artinya Ular dalam kondisi normal tidak ada discharge yang biasanya menunjukkan ular dalam keadaan flu.
Pemeriksaan Sistem Digesti: pemeriksaan dilakukan dengan melihat cavum oral dari Ular, melakukan inspeksi pada bagian gigi, gingiva, mukosa oral dan kondisi keseluruhan. Terlihat tidak ada discharge atau pembengkakan pada bagian gingiva di Ular. Mukosa Ular juga tidak ada lesi ataupun nekrosis. Gigi Ular juga dalam keadaan normal. Untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan palpasi pada saluran pencernaan pada ular, dengan mempalpasi bagian colon yang biasanya terjadi konstipasi pada ular, selain itu bisa juga dengan melihat konsistensi dari feses yang keluar. Namun, pada praktikum ini tidak dilakukan pemeriksaan feses pada ular karena ular tidak dalam kondisi defekasi. Pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan Ular dalam kondisi normal.
Pemeriksaan Sistem Urogenital: dilakukan dengan melihat frekuensi urinasi, frekuensi minum pada ular, melihat kondisi urin, melihat kondisi kloaka. Pada praktikum ini hanya dilakukan inspeksi pada daerah kloaka, terlihat kondisi kloaka pada Ular yaitu normal. Urin yang keluar dari tubuh ular bercampur dengan asam urat, yaitu seperti pasta berwana putih kekuningan, karena reptil adalah hewan yang tidak bisa melakukan metabolisme asam urat sehingga dikeluarkan bersama urin.
Penentuan jenis kelamin pada ular dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu visual, popping dan probing. Visual dilakukan dengan cara melihat adanya taji yang berada di samping kloaka, taji ini dimiliki hanya pada ular jantan dan ular yang berukuran besar (Helmer et al, 2005).
Pemeriksaan Sistem Syaraf: pemeriksaan sistem syaraf dengan melihat tingkat kesadaran dari ular dan refleks pergerakan ular. Berdasarkan pemeriksaan Ular termasuk dalam kondisi alert, yaitu dalam keadaan normal
Pemeriksaan Mata & Telinga: pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi pada bagian mata, dan terlihat kondisi dari Ular adalah normal. Biasanya jika terdapat gangguan saat ecdysis (shedding/ganti kulit), akan terlihat sisik yang tertinggal di bagian mata yang disebut dengan spectacle yang akan ikut berganti ketika ular melakukan pergantian kulit (shedding). Pada Ular pergantian kulit terjadi secara sempurna. Karena ular tidak memiliki pina auricula maka pemeriksaan telinga bagian dalam tidak bisa dilakukan, karena struktur telinga ular hanya memiliki organ telinga interna. Bagian luar ditutupi oleh sisi bagian temporal. Proses mendengar ular yaitu mandibula menangkap getaran yang ada di tanah dari lingkungan sekitar, yang nantinya mandibula akan mengirimkan getaran tersebut ke tulang tulang pendengaran dari ular dibagian interna (Girling, 2003).
1481133809061.jpg 1481133802607.jpg 1481133805709.jpg 1481133789825.jpg
 







Penyakit-penyakit umum pada ular

a)    Sariawan pada ular
            Penyebab sariawan pada ular biasanya terjadi karena sisa makanan yang tertinggal di mulut, pakan yang kotor, pakan yang keras yang bisa membuat gusi luka. luka tersebut akan bengkak bila tidak di bersihkan dan di obati segera. Umumnya, ular yang menderita sariawan akan kehilangan nafsu makannya (ular tidak mau makan), dan jika tidak segera diobati, sariawan pada ular akan menyebabkan kematian. Ciri ular yang menderita sariawan adalah terlihatnya luka bengkak pada mulut ular yang disertai adanya lendir putih disekitar luka bengkak tersebut. (Indar, 2005)
            Cara untuk menyembuhkannya yaitu bagian lukanya dibersihkan dengan tisu, setelah bersih gunakan cottonbud untuk mengoleskan obat luka 3 kali sehari ke bagian luka. Untuk kandangannya di usahakan bersih dan kering jika ular defekasi harus cepat di bersihkan karena di khawatirkan lukannya bisa terinfeksi bakteri.
b)   Kulit kering pada ular.
            kulit kering pada ular bukan merupakan penyakit pada ular. Kulit kering pada ular lebih disebabkan oleh suhu kandang yang terlalu panas yang menyebabkan kulit ular menjadi kering. Tanda kulit kering pada ular yang paling terlihat adalah kulit ular yang terlihat kusam dan mengelupas, ular terlihat kurus, dan ular yang terkena kulit kering biasanya susah sheeding. Pada keadaan yang parah, ular yang kulitnya kering biasanya akan mengalami dehidrasi yang menyebabkan kematian. (Greco, 2010)

c)    Pilek pada ular.
            Penyebab penyakit pilek pada ular biasanya terjadi karena perubahan suhu menjadi lebih dingin secara drastis. Perubahan suhu udara kandang akibat perubahan cuaca atau salah penanganan akan berakibat fatal pada ular. Ciri penyakit pilek pada ular adalah terlihatnya gelembung pada lubang hidung ular atau hidung ular terlihat basah. Ular yang pilek juga akan terlihat mendengkur saat saat bernafas. Dalam keadaan parah, pilek pada ular akan membuat ular kesulitan bernafas yang berujung pada kematian ular. (Tikawati, 2014)
            Penanganan pertama bila pileknya masih ringan sampai menengah. jemur secara rutin di atas matahari pukul 7 sampai 9 pagi kisaran 15menit. namun saat musim hujan gunakan lampu tembak atau  biasa di sebut lampu spot atau lampu khusus reptil seperti  seperti lampu UVA, UVB dan lainnya. Perawatan tersebut di lakukan hingga pilek benar-benar hilang dan nafsu makan kembali normal. (Tikawati, 2014)

d)   Rubbing
            penyakit ini sangat sering di jumpai oleh ular-ular tangkapan alam, namun ular-ular peliharaan pun kadang banyak yang mengalami rubbing. Rubbing adalah luka robek/jontor yang terdapat di bagian mulut depan ular terkadang bahkan di dahi ular namun jarang terjadi. Rubbing biasanya di karenakan kandang yang kecil namun size ularnya besar. Alhasil ular berusaha keluar dari kandang dengan dengan mendorong paksa celah-celah kandang. biasanya di sisi pojok kandang. (Lane, 2003)
            Cara untuk menyembuhkannya yaitu bagian lukanya dibersihkan dengan tisu, setelah bersih gunakan cottonbud untuk mengoleskan obat luka 3 kali sehari ke bagian luka. Untuk kandangannya di usahakan bersih dan kering jika ular defekasi harus cepat di bersihkan karena di khawatirkan lukannya bisa terinfeksi bakteri. (Lane, 2003).

e)    Sembelit
            Penyakit ini biasanya sering terjadi di jenis Morulus dan dipong. yaitu defekasi tidak keluar dalam waktu yang cukup lama. biasanya penimbunan sisa pencernaan yang  tidak kunjung keluar, harus di tangani segera bila tidak bisa mengakbatkan kematian bagi ular.
            Untuk penanganannya, ular direndam dengan air hangat sambil memijat perlahan dari perut sampai anus untuk membantu mengeluarkan feses tersebut.  (Rahardjo, 2009)
Diagnose :
Diagnosa yang dapat diambil adalah hewan ular mengalami pilek. Hal tersebut dapat dilihat ketika dilakukannya pemeriksaan pada bagian hidung tampak basa. Menurut Tikawati(2014), penyebab penyakit pilek pada ular biasanya terjadi karena perubahan suhu menjadi lebih dingin secara drastis. Perubahan suhu udara kandang akibat perubahan cuaca atau salah penanganan akan berakibat fatal pada ular. Ciri penyakit pilek pada ular adalah terlihatnya gelembung pada lubang hidung ular atau hidung ular terlihat basah. Ular yang pilek juga akan terlihat mendengkur saat saat bernafas.
Prognosa :
 Prognosa adalah suatu hipotesa mengenai kesembuhan dari suatu penyakit. Terdiri dari fausta (ada harapan sembuh), dubius (ragu-ragu) dan infausta (tidak bisa disembuhkan). Prognosa dari ular “rois” pada praktikum ini yang di diagnosa mengalami pilek. Dapat disembuhkan jika dilakukan treatmen yang benar dan penanganan yang cepat. Pemilik juga disarankan untuk selalu menjaga kebersihan dari tubuh ular tersebut supaya terapi untuk kesembuhan hewan dapat berjalan maksimal.








DAFTAR PUSTAKA
Ballard, Bonnie and R. Cheek. 2003. Exotic Animal Medicine for the Veterinary Technician. Lowa State Press: Blackwell Publishing.
Defarges, Allice. 2015. The Physical Examination. Ontario Veterinary College.
Fudge, AM. 2000. Laboratory Medicine Avian and Exotic Pets. Philadelphia, WB Saunders.
Girling, Simon. 2003. Veterinary Nursing of Exotic Pets. UK: Blackwell Publishing.
Greco, Charles. 2010. Handling and Restraint of Companion Animals. Suffolk County Society for Prevention Cruelty to Animals.
Helmer, Peter and D. P. Whiteside. 2005. Clinical Anatomy and Physiology of Exotic Species. London: Elsevier Saundiers.
Indar julianto, S., Widiyono. 2005. Penuntun Praktikum Diagnosa Klinik Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan, Gadjah Mada: Yogyakarta.
Lane, D. R., 2003. Veterinary Nursing. Butterworth & Heinemann, UK.
Rahardjo, S. 2009. Handling and Restraint. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada.
Tikawati, Dini, K. 2014. Petunjuk Praktikum Diagnosis Klinik Veteriner. Makassar: Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran UNHAS




Komentar